Kamis, 05 November 2015

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian Pada umunya badan usaha dalam kegiatan usahanya menerapkan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang guna mencapai efektifitas pengedalian persedian barang dengan dihasilkannya informasi persediaan barang yang berkualitas.Salah satu bentuk kegiatan usaha yang menerapkan Sistem Informasi Akuntansi persediaan barang dalam menjalankan aktivitas operasi usahanya adalah perusahaan distributor.
Menurut Peraturan Mentri Perdagangan Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 pengertian distributor adalah : “ perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri berdarkan perjanjian yang melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang / jasa yang dimiliki/dikuasai. Karena menyediakan berbagai macam barang dengan jenis, bentuk, merk, ukuran, harga dan sifatnya yang berbeda-beda, barang dagang pada perusahaan ini rentan terhadap berbagai kerusakan, keusangan, kelebihan maupun kekurangan persediaan serta kehilangan.
Kehilangan dan kerusakan akan barang dagang merugikan perusahaan karena secara otomatis mengurangi jumlah persediaan barang dagang perusahaan yang berdampak kepada pengurangan profit yang seharusnya diterima perusahaan. Selain itu akan menyebabkan hilangnya kepercayaan konsumen dan pihak lainnya yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini tabel data persentase data kehilangan barang dari perusahaan CV. Tri Multi Manunggal.
Berdasarkan paparan permasalahan diatas maka perusahaan perlu mempunyai suatu pengendalian Internakan persediaan barangnya. Pengendalian Intern suatu perusahaan merupakan segala upaya yang dilakuan perusahaan untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, segala sumber daya dapat dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan yang berlaku.
Dengan adanya pengendalian yang baik dan teratur dalam mengelola persediaan barang dagang, pimpinan perusahaan akan memperoleh laporan–laporan yang bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas perusahaan, juga membantu dalam mengambil kebijakan keputusan maupun pertanggung jawaban dalam memimpin perusahaan.
Pengendalian intern atas persediaan barang diharapkan dapat menciptakan aktivitas pengendalian terhadap perusahaan yang efektif dalam menentukan jumlah persedian optimal yang dimiliki perusahaan, mencegah berbagai tindakan pelanggaran dan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, pelanggaran atas kebijakan yang ditetapkan atas persediaan, serta memberikan pengamatan fisik terhadap persediaan barang dari pencurian dan kerusakan. 2.3 Implementasi Akuntansi Biaya
Dalam proses produksi bahan baku tempe yang dilakukan oleh keripik tempe “Ainier” ini adalah membutuhkan bahan baku berupa kedelai 200 kilogram @ Rp 5.600,-/kg dan ragi 400 gram sebesar Rp 5.000,-. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tempe ini adalah 2 orang yang umumnya mereka bekerja dari jam 08.00 sampai jam 14.00 atau sekitar 6 jam dengan gaji setiap harinya adalah Rp 45.000,-. Dalam tahapan ini dibutuhkan waktu selama 4 hari untuk membuat tempe namun mereka hanya bekerja pada 2 hari kerja yaitu hari proses pengolahan kedelai sedangkan 2 hari sisanya mereka tidak bekerja karena menunggu kedelai yang telah diragi tadi menjadi tempe. Karena pada tahapan ini mereka hanya bekerja 2 hari kerja maka total biaya tenaga kerja langsung dalam tahapan ini setiap sekali proses produksinya adalah Rp 180.000. Mengenai biaya FOH di departemen ini, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diperkirakan bahwa biayanya adalah biaya utilitas 100.000, biaya kompor 150.000 untuk 5 tahun, biaya peralatan masak 300.000 untuk 5 tahun dan biaya minyak gas untuk merebus kedelai satu kali proses produksi sebesar 100.000.
Dalam proses pemotongan tempe hanya dibutuhkan biaya tenaga kerja sebanyak 1 orang dengan biaya tenaga kerja langsungnya adalah Rp 45.000,-/hari kerja, karena dalam satu kali proses produksi hanya butuh satu hari untuk proses pemotongan maka biaya yang dikenakan di departemen tahapan ini adalah Rp 45.000,-
Untuk departemen atau bagian proses penggorengan tempe setiap kali proses produksi tempe dibutuhkan bahan baku berupa tepung sekitar 20 kg sebesar Rp 75.000,-, kanji sekitar 30 kg sebesar Rp 150.000,- dan bumbu-bumbu sebesar Rp 75.000,-. Untuk tenaga kerjanya pada tahapan ini butuh 1 orang pembumbu dan 2 orang penggoreng, total 3 orang dengan bayaran masing-masing Rp 45.000,- per harinya, karena di dalam satu kali proses produksi, tenaga kerja ini hanya dibutuhkan 1 hari kerja maka total biaya tenaga kerjanya adalah Rp 135.000,- Dalam departemen ini menurut pengamatan saat proses, dibutuhkan biaya FOH seperti minyak goreng 17 kg sebesar 100.000,
kompor gas 250.000 untuk 5 tahun, gas 75.000 untuk satu kali proses produksi, peralatan masak 150.000 untuk 5 tahun dan utilitas 50.000.
Di departemen atau tahapan proses akhir hanya dibutuhkan bahan baku plastik untuk pembungkus seharga 50.000 dan biaya FOH berupa mesin press seharga 500.000 yang ditaksir memiliki umur ekonomis sampai 10 tahunan. Selain itu masih ada 3 orang pekerja yang membungkus tempenya dimana gaji mereka dihitung sebesar Rp 150,00 / bungkusnya.
Mengenai barang jadi yang dihasilkan oleh keripik tempe “Ainier” ini adalah sebesar 50 kilogram keripik tempe dengan bervariasi rasa dan ukuran kemasan setiap sekali proses produksinya. Menurut pemiliknya, usaha ini mampu laris dan terjual karena keuntungan yang ditargetnya hanya sebesar kira-kira 30% dari total biaya kumulatifnya. Harga jual keripik tempenya tersebut adalah tetap tergantung pada ukurannya bukan pada jenis rasanya.
Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Individu
Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan (Goodhue, 1995). Wuryaningrum (2007) menyatakan bahwa teknologi informasi yang diimplementasikan dalam organisasi seharusnya dapat memberikan manfaat pada kinerja individu dan organisasi serta memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Teknologi informasi yang dapat memberi manfaat bagi kinerja individu dan organisasi adalah teknologi informasi yang dapat diterapkan dengan mudah.
Keberhasilan sistem juga tergantung pada sikap dan kepercayaan pemakai sistem terhadap sistem informasi, yang tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih kepada sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka. Goodhue dan Thomson (1995) menyatakan bahwa kesesuaian tugas dengan teknologi akan mengarahkan individu untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Penerapan sistem informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai tidak akan memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja individu.
Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Goodhue (1995) yang mencoba mengukur keberhasilan sistem informasi yang diimplementasikan dalam organisasi/perusahaan dengan menggunakan evaluasi pemakai. Model ini merupakan pengembangan dari
penelitian yang dilakukan oleh Gooodhue dan Thompson (1995) yang sebelumnya mencoba melihat hubungan teknologi informasi dengan kinerja (technology to performance chain/TPC). Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa teknologi dalam sistem informasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja individu jika teknologi tersebut dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan tugas yang didukungnya.
Salah satu konsep yang menjelaskan mengenai dampak teknologi informasi terhadap kinerja adalah pandangan yang berbasis pada sumber daya (resource based view) dari sebuah organisasi, yang menghubungkan kinerja dari organisasi dengan sumber daya-sumber daya serta keahlian-keahlian yang sesuai dengan kebutuhan organisasi (Barney, 1991 dalam Djatikusumo, 2005). Teknologi informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi tersebut.
Organisasi hendaknya selalu melakukan pengembangan SDM untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi SDM mengenai teknologi informasi. Tjhai Fung Jen (2002) dalam Almilia dan Briliantien (2007) berpendapat bahwa kinerja teknologi informasi akan lebih tinggi apabila organisasi mengadakan program pelatihan dan pendidikan bagi pemakai. Pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki SDM sangat diperlukan dalam memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi pada suatu organisasi.
Penelitian ini bertujuan menguji adanya pengaruh penerapan system informasi akuntansi terhadap kinerja individu. Beberapa penelitian mengenai teknologi sistem informasi terhadap kinerja individu yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jumaili (2005), Maulida Tri Astutik (2007). Hasil penelitian menyatakan bahwa sistem informasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja individu.
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris (Indriantoro dan Supomo, 2002). Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang terhadap Pengendalian Intern Persediaan Barang pada CV. Tri Multi Manunggal, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang yang meliputi Perangkat Keras (hardware), Perangkat Lunak (software), Manusia (brainware) , prosedur dan database pada CV. Tri Multi Manunggal dapat dikatakan baik dengan nilai 3,79. 2. Pengendalian Intern Persediaan Barang yang meliputi lingkungan pengendalian, penetapan resiko, aktifitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan dapat dikatakan baik dengan nilai 3,81. 3. Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang dapat dikatakan berpengaruh terhadap Pengendalian Intern Persediaan Barang pada CV. Tri Multi Manunggal sebesar 75,70 % dalam Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Goodhue (1995) yang mencoba mengukur keberhasilan sistem informasi yang diimplementasikan dalam organisasi/perusahaan dengan menggunakan evaluasi pemakai.
Model ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Gooodhue dan Thompson (1995) yang sebelumnya mencoba melihat hubungan teknologi informasi dengan kinerja (technology to performance chain/TPC). Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa teknologi dalam sistem informasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja individu jika teknologi tersebut dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan tugas yang didukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arens, Alvin A, Elder dan Beasley, 2003.
2. Auditing, Prentice Hall, Inc New Jersey.
3. Azhar Susanto dan La Midjan, 2007.
4. Sistem Informasi Akuntansi I, Lingga Jaya, Jakarta. Azhar Susanto, 2004.
5. Sistem Informasi Akuntansi, Lingga Jaya, Jakarta
6. . Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007.
7. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba, Jakarta. Mudjarad Kuncoro. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi
8. .Jakarta : Erlangga. Moh Nazir, 2003.
9. Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta. Mulyadi, 2002.
10.Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2004.
11.Model Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2008.
12.Statistika Untuk Penelitian, CV.
13.rianbayristian.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar