Jumat, 12 Juni 2015

berita tentang politik

Jokowi Tak Mampu Pimpin Keluarga, Kok Mau Pimpin Negara?
Jakarta (VOA-Islam) - Semakin hari semakin terkuak siapa sesungguhnya Jokowi, Capres yang didukung PDIP-PKB-Nasdem dan Hanura tersebut.
Sudah terbukti bahwa Jokowi adalah keturunan Cina, dimana bapaknya bernama asli Oey Hong Liong, tetapi mempunyai nama Jawa, Noto Miharjo. Sedangkan ibunya wanita asli Jawa bernama Sudjiatmi. Maka tidaklah mengherankan jika wajah Jokowi kecina-cinaan.
Bahkan Jokowi mempunyai nama Cina, Wie Jo Koh. Sebab leluhur Jokowi yang pertama kali datang ke Indonesia dan tinggal di Solo bernama Wie Jok Nyam, sehingga Jokowi merupakan keturunan Cina bermarga Wie.
Namun anehnya, Jokowi sendiri selalu berusaha menutup-nutupi silsilah keturunannya tersebut, barangkali khawatir akan terbongkar kalau dalam dirinya masih mengalir darah Cina yang berasal dari negara leluhurnya, Republik Rakyat Cina (RRC) yang saat ini menganut faham Komunis.
Terbukti dalam film yang menggambarkan riwayat hidupnya yang pernah diputar salah satu stasiun televisi swasta, Gubernur DKI itu tidak pernah membeberkan asal usul keturunannya sehingga seolah-olah ingin ditutup-tutupinya.
Bahkan hasil investigasi wartawan VOA-Islam yang selama berapa hari ngubek-ngubek Kota Solo mencari keterangan tentang Jokowi menunjukkan, memang Jokowi selalu berusaha menyembunyikan asal usul keturunan Cinanya tersebut. Entah apa yang terbetik dalam fikiran Jokowi, mengapa selalu menutup-nutupi asal usul keturunannya itu.
Terbukti ketika menjadi Walikota Solo (2005-2012), ada seorang keturunan Cina yang datang ke rumah dinas Walikota Solo di Loji Gandrung dan mengaku sebagai anak Oey Hong Liong sehingga menjadi saudara Jokowi seayah tetapi beda ibu, namun orang itu langsung diusir Jokowi. Sebab Jokowi tidak mau mengakui kalau orang keturunan Cina tersebut adalah saudaranya seayah.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, dari hasil investigasi wartawan VOA-Islam yang selama beberapa hari blusukan di Kota Solo untuk menemui beberapa tokoh masyarakat yang mengenal Jokowi, menunjukkan bahwa sesungguhnya Jokowi gagal mengatur keluarganya sendiri. Terbukti sering terjadi bentrok antara Iriana (Istri Jokowi) versus Sudjiatmi (Ibunda Jokowi) sehingga membuat Jokowi pusing tujuh keliling. Maka tidaklah mengherankan jika Jokowi lebih nyaman berada di Jakarta daripada pulang ke Solo.
“Kalau Iriana kembali ke Solo, tidak pernah tidur di rumah Jokowi di Manahan, sebab disitu ditinggali Ibunda Jokowi, Sudjiatmi, karena keduanya tidak pernah akur bahkan sering bentrok. Sehingga Iriana terpaksa ngungsi tidur ke rumah orang tuanya di Mangkubumen,” ujar salah satu sumber yang dekat dengan Jokowi kepada VOA-Islam yang menemuinya di Kota Solo.
Kalau memimpin keluarga saja Jokowi tidak mampu, memimpin Kota Solo juga tidak mampu terbukti angka kemiskinan penduduknya naik drastis sebelum dan sesudah dipimpinya, memimpin Jakarta juga tak mampu dimana kemacetan semakin parah dan pengangguran semakin menggila, lha kok sekarang nekat ingin memimpin negara sebesar, seluas dan sebanyak penduduknya seperti Indonesia ini dengan mengandalkan kelihaian Jusuf Kalla sebagai wakilnya.
Sudah terbukti di Kota Solo sesungguhnya yang kerja keras dan berkeringat adalah Wakilnya, FX Hadi Rudyatmo. Sedangkan di Jakarta juga Wakilnya, Ahok, sementara Jokowi kerjanya hanya blusukan dengan menyedot anggaran APBD cukup besar. Sekarang Jokowi memilih JK sebagai wakilmya, jangan-jangan nanti kalau terpilih Jokowi kerjanya hanya piknik dan blusukan ke seluruh Indonesia dan penjuru dunia, sementaara JK yang bekerja keras memimpin negara.
Namun kalau berhasil, di klaim sebagai keberhasilan Jokowi, lha kok uenak tenan bro ........
Maka tidaklah mengherankan jika politisi kawakan yang semasa kecilnya tinggal di Kota Solo, Dr Ir Sri Bintang Pamungkas pernah mengatakan: “Jangankan menjadi Gubernur apalagi Presiden, menjadi Walikota Solo saja Jokowi tidak mampu. Jadi level Jokowi sebenarnya paling tinggi hanya menjadi Walikota, bukan Gubernur DKI apalagi Presiden RI.” [Abdul Halim/voa-islam]              
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/05/20/30478/jokowi-tak-mampu-pimpin-keluarga-kok-mau-negara/#sthash.nKin5CKv.dpuf











Jokowi Tak Layak Jadi Presiden RI, Mengapa?

Saya akan jabarkan beberapa hal mengenai Penilaian mengapa Beliau tak layak jadi Presiden RI.
Perjalanan Jokowi untuk menjadi sampai sekarang ini adalah Jasa dari 3 Orang Tokoh Nasionla yang kita Hormati (Prabowo. Jusuf Kalla dan Jian Fariz (Menteri Perumahan saat ini)).
Perjalanan cerita saat itu, sejak tahun 2009 sampai dengan Pebruari 2014 Hubungan Gerindra (Prabowo) & PDIP (Megawati) cukup baik.  Dimulai dari Pencapresan mereka tahun 2009 yang tertuang dalam perjanjian Batu tulis, sampai dengan dukungan bersama dalam beberapa Pilkada di berbagai daerah di Indonesia.
Letjen Mar Purn. Nono Sampono dan Mayjend Purn Adang Ruchyatna dua nama  inilah sebelumnya yang muncul untuk kandidat dari PDIP sebelum Jokowi masuk.  Bahkan lebih santer lagi Taufik Kemas tetap berharap PDIP mendukung Foke & Mayjend Purn Rucyatna.  Namun semua itu buyar karena Lobby lobby yang dilakukan oleh Yusuf Kalla, Jian  Fariz & Prabowo.  Dimana sebelumnya Gerindrapun belum memiliki Calon sampai dengan Ahok mendatangi mereka.
Begitu gencar lobby lobby yang dilakukan oleh Jusuf Kalla cs untuk meyakinkan Mega bahkan menurut sumber yang dapat dipercaya, mereka masing masing bersedia mengeluarkan Dana sebesar @Rp:100M yang saat itu langsung diserahkan Rp:65M ke Mega untuk mesin Partai PDIP olej Jian F.  Begitupun PDIP/Mega dan Jokowi sama sama tidak memiliki Dana yang cukup untuk menghadapi Pilkada 2012 saat itu.  Sehingga dengan kehadiran 3 Tokoh tersebut tentunya menjadi gayung bersambut, daripada mendukung Foke hanya dapat Wakil. Mending dukung Jokowi dapat Gubernur + Dana + Strategi Pemenangan.
Begitu lugunya Jokowi menghadap Jusuf Kalla & Prabowo menghaturkan rasa terima kasih dan memohon maaf karena hanya bawa badan saja utnuk dijadikan calon Gubernur DKI 2012.
Mengapa Prabowo mau memperjuangkan Ahok? Karena untuk mengangkat Elektebilitas suara Gerindra menjelang 2014.
Mengapa Jusuf Kalla mau menjadi mediator merapat ke PDIP? Karena Jusuf Kalla tidak punya Partai untuk mendukung beliau pada Pencapresan 2014 ini.  Sehingga beliau akan terus menjalin hubungan dengan berberapa Tokoh tokoh Partai agar tetap dipertimbangkan sebagai kandidiat capres.
Mengapa Jian F juga mau terlibat?  Karena Jian punya kepentingan Bisnis dan dendam emosional terhadap Foke yang waktu itu berkuasa.  Terutama mengenai status Pasar Tanah Abang, yang akhirnya walau keputusan pengadilan memenangkan Pemvrop DKI.  Begitu Jokowi Ahok berkuasa, Pengelolaan tetap dikembalikan kepada Jian F (bahkan kasusnya sepeerti ditelan bumi).
Dari 3 Tokoh tadi, yang masih realistis sebenarnya Prabowo, mengapa? Karena dia menyadari Partainya tidak akan mampu menaikkan Elektibilitas Prabowo untuk di Capreskan di 2014 ini.  Sedangkan yang 2 orang lagi silahkan anda nilai sendiri.
Nah kembali ke Jokowi.
Sangatlah tidak pantas sebagai orang Indonesia yang menganut adat ketimuran dalam Tata krama apalgi beliau orang Jawa.  Mengkhianati orang yang telah berjasa bahkan berjuang mengangkat drajatnya dari kota kecil Solo menjadi Gubernur di Ibukota. Bukan hanya Materi tetapi Tenaga, Mesin Partai Gerindra dan Prabowo yang telah menolong dia.
Adalah tida etis bagi Jokowi terhadap Prabowo yang telah memperkenalkannya langsung kepada Megawati (Ketua PDIP , sedangkan Jokowi hanya kader di kota kecil).
Ternyata secara diam diam Jokowi rupanya didukung juga oleh Konglemerat Edwar S (anaknya Wiliam Suryajdaya/Astra).  Belakangan setelah itu merapatlah Bos Lippo yaitu James Riady cs.
Nah Agenda 3 orang diatas hanya fokus pada Pilkada saja untuk Jokowi-Ahok.  Namun rupanya diam diam Jokowi main mata dengan para Konglemera itu, khususnya James cs untuk diusung menjadi Capres mereka.  Dimana kelompok James R cs merupakan kumpulan Konglemerat Hitam pengemplang Dana BLBI Rp: 600 T, yang waktu 98 mereka pada kabur keluar negeri.  Setelah 15 Tahun kini mereka kembali untuk menguasai NKRI.
Yang lebih gila lagi, adalah adanya Gerakan Misioneris dari Barisan Kristen garis keras melalu Sabam Sirait (merupakan Ketua Parkindo/partai kristen Indonesia yang bergabung dengan PDI waktu awal awal Orde baru) ikut bermain dalam dukungan ke Jokowi di Capres ini. Sabamlah yang mendesak Mega untuk mendeklarasikan Jokowi menjadi Capres sebelum Pemilihan Legislatif tanggal 9 April 2014.   Berdasarkan Info yang kami dapatkan, bila Jokowi tidak di Deklarasikan maka Dana dari para Konglemerat itu tidak akan turun.  Terbukti, bgt di deklarasikan, mesin partai bekerja, para projo (pro jokowi) diluar partai PDIP pun bergerak serentak.  Namun itupun tidak membuahkan hasil seperti yang merek harapkan  bisa menang diangka 27-35%.  Karena PDIP hanya mendapat 19,2% saja berdasarkan Hitung Cepat dari berbagai lembaga survie.
Singkat cerita, Jokowi didukung oleh Konglemerat Hitam dan Misioneris Garis keras.
Ketidak patutan Jokowi di Calonkan sebagai Presiden juga karena ia telah terlalu banyak melanggar Sumpah dan Janji Jabatan yang tidak tuntas.  Solo baru 2 tahun ia tinggalkan demi Pilgub DKI, kini DKI baru 1,5 th ia tinggalkan demi Pencapresan di 2014.
Sumpah dan janji bukan hanya pada saat dilantik.  tetapi janji janji kepada masyarakat DKI yang mendukung ia.  Syukurlah saya tidak termasuk pendukung belia di Putaran kedua DKI.
Yang berikutnya adalah asal usul Jokowi itu juga tidak jelas.  Masa ia, kita memilih Pemimpin dengan latar belakang yang tertutup.  Cukup sudah kita dipaksa jaman Orde baru oleh Suharto (Pengambil alihan dengan Pemaksaan dari Soekarno/ Supersemar 1966).  Yang kita tidak tahu siapa ayah dari Suharto sampai saat ini.
Selebihnya Presiden RI yang secara normal diangkat kita menegnalnya.  Mulai dari Soekarno, BJ.HAbibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri dan SBY.  Sedangkan Jokowi terlahir tahun 1961, masa ia kita tidak punya rekam jejak siapa Bapaknya?
Agama Jokowi,  Kita tidak bermaksud sara.  Tetapi ini penting. Karena kita hidup di Negara yang berazaskan Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa sila pertama).  Kita tidak permasalahkan apapun agamanya, namun menurut info yang kami dapatkan kelurga Kraton Solo yang namanya tidak ingin disebutkan tetapi anda bisa mencari tahu sendiri kesana.  Jokowi itu Muallaf, bila ia Muallaf kapan ia masuk Islam, ia memakai nama H didepan yang cukup mengelabui padahal H didepan namnya bukan Haji seperti layaknya orang muslim yang telah berangkat ke Tanah Suci Mekkah.  tetapi nama H di depan Ir.H Joko Widodo adalah Handoko, lengkapnya adalah Ir. Handoko Joko Widodo.   Bila ia benar Muallaf, dimana ia diIslamkan, oleh siapa ia diIslamkan, pasti ada dokumen resmi yang menyatakan ia Muallaf.  Bila memang benar ia Islam sejak kecil pastinya ia akan diberitahu dimana ia pernah mengaji, siapa guru ngajinya.  Karena tahun 1961 bukan tahun yang begitu lama, pastinya setiap kita akan ingat akan hal itu.  Ada yang tidak tanggung tanggung begitu yakinnya menyatakan H didepan nama Jokowi itu adalah Haji.  Kapan hajinya pasti ia tahukan?
Harus diingat ! Mayoritas Rakyat Indonesia adalah Muslim mencapai 88% data BPS 2012.  Bila ia tidak jujur dan bila terkesan ada agenda lain dibelakangnya.  Pastilah ini awal kehancuran buat Negara yang kita cintai yang penuh dengan toleransi dan kedamaian ini.  Sehingga kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.  Cukuplah Solo dan DKI yang menjadi korban Ambisiusnya jagan rusak tatanan Negara NKRI yang Pancasilais.
Ibarat pepatah bilang, “jangan bermain api  akan terbakar nanti”
Terlalu banyak juga bila saya uraikan kelemahan kelemahan dan kesalahan yang telah dilakukan Jokowi ketika memimpin Solo & DKI Jakarta.  Bahkan penuh dengan KKN dibeberap Proyek proyek yang telah dilaksanakan dan sedang dilaksanakan dan akan dilaksanakan.  Nanti juga anda akan tahu, saat ini sudah muncul seperti Mobil Trans Jakarta dimana Salah seorang Teman dekat & Tim Sukses beliau dari solo terlibat.  Namun tidak diakui oleh Jokowi.  Hukum yang akan menjawabnya.
Singkat cerita penulis  ingin mengisaratkan Bahaya bagi Jokowi bila terus dipaksakan menjadi Presiden.  Walaupun kita tahu Uang+ Media + Propaganda Sosmed + Rakyat yang telah termakan isu akan mendukung beliau. Dan diprediksi ia akan menang namun Gejolak akan muncul di Negeri yang kita cintai ini.
Penulis hanya memberi beberapa kriteria Calon Pemimpin itu 3 hal utama yg harus menjadi Panduan kita:
1. Harus Berkata Benar  = tidak berbohong…..Bagaimana dengan Jokowi selama ini?
2. Harus Menepati Janji = tidak ingkar…….Bagaimana dengan Jokowi janjinya menyelesaikan tanggung jawab di Solo dan DKI selama 5 tahun.  Apa yang ia telah lakukan selama ini?
3. Harus bisa dipercaya = Tidak khianat……Bagaiman dengan Kepercayaan yang diberikan oleh Prabowo, Jusuf Kalla, Jian F dan warga DKI JAkarta?  Bagiamana dengan sumpah dan janjinya ketika dilantik?  Bagimana janjinya kepada warga DKI bahwa ia akan menuntaskan tugas selama 5 tahun dan tidak akan menjadi kutu loncat.
Demikianlah penulis memberi masukan sebagai pencerahan kepada seluruh Pembaca Kompasian dan seluruh rakyat Indonesia.  Kita memang sulit mencari Pemimpin saat sekarang ini.  tetapi cobalah berpikir realistis dan kewajaran.  jangan karena propaganda dan nafsu serakah NKRI terjebak dalam jurang kehancuran dan perpecahan kerena memilih Pemipin yang salah.
Silahkan dikoreksi, karena penulis juga manusia biasa, yang juga punya kesalahan dan kelemahan. rasanya sangat berdosa bila tidak memberikan masukan sebagai perimbangan buat teman teman kompasiana yang ada diseluruh Indonesia.

Rahasia: Mengapa Jokowi Dipaksakan Nyapres pada 2014 ???

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sebenarnya, mencalonkan Jokowi sebagai Capres untuk 2014 ini sangatlah RISKAN dan mengandung bahaya politik besar. Bahaya bukan hanya buat sosok Jokowi, tapi juga untuk kepentingan warga Jakarta, kepentingan rakyat Indonesia, dan dunia politik itu sendiri.
Secara itung-itungan politik, mencapreskan Jokowi bagi PDIP adalah bunuh diri. Mengapa demikian? Karena PDIP akan pecah kongsi dengan Prabowo-Gerindra. Itu sudah otomatis. Kemudian, PDIP akan dimusuhi oleh warga DKI Jakarta yang merasa dikhianati oleh Jokowi. Warga Jakarta yang semula dukung Jokowi (anti Foke) otomatis akan menjadi lawan PDIP. Padahal dalam tradisi politik di Indonesia, kemenangan di Jakarta sangat menentukan, karena ini adalah daerah khusus ibukota.
Karakter Harimau
Karakter Harimau
Sangat mungkin, dengan mencapreskan Jokowi, justru suara PDIP akan mengalami kemerosotan hebat. Mengapa? Karena partai ini dianggap ingin menang sendiri. Saat Jokowi lagi laku-lakunya di media, karena dukungan sponsor Mafia China yang intensif untuk membentuk pencitraan; PDIP mengakuisisi Jokowi. Sebaliknya, di mata semua partai yang punya kandidat capres masing-masing, mereka merasa marah dengan naiknya Jokowi melalui dukungan palsu media. Mereka pasti tidak rela kursi RI-1 jatuh ke tangan capres selain dari kubu mereka sendiri. Nah, di sini PDIP bisa dikeroyok oleh semua kekuatan politik.
Di sisi lain, pencapresan Jokowi tidak didukung oleh prestasi, kinerja, dan capaian positif. Di Solo masih meninggalkan seabreg masalah dan kasus hukum. Di Jakarta, apalagi. Jokowi nyaris baru blusukan kesana kemari, sambil tidak jelas apa hasilnya. Dalam pertarungan pilpres nanti, pasti rakyat akan melihat hasil kerja, bukan citraan. Bayangkan, kalau nanti Jokowi kampanye Pilpres, dia akan membuat janji-janji apalagi, wong janji-janjinya saat Pilkada DKI tidak ada yang direalisasikan dengan beres? Nanti dia akan jadi kandidat presiden yang paling banyak dicaci. “Halah ngibul, gombal, banyak omong. Janji segunung, hasil nol besar.”
Singkat kata, mencalonkan Jokowi sebagai Capres PDIP adalah blunder besar yang telah merusak reputasi partai itu selama 10 tahun terakhir. PDIP yang telah dikesankan oleh rakyat, bukan atas dasar surve dan pooling abal-abal ya, sebagai partai oposisi yang konsisten, sekarang harus ketar-ketir menyelamatkan mukanya. Dan pasti, pencapresan Jokowi itu akan membelah kekuatan PDIP menjadi dua, barisan pro dan kontra. Itu pasti. Meskipun PDIP berusaha mati-matian menyembunyikannya.
Mengapa Megawati tega menikam partainya sendiri demi memuluskan jalan bagi Jokowi untuk nyapres pada 2014?
Kemungkinan itu terjadi karena SANGAT KUATNYA tekanan dari Mafia China ke kubu Megawati. Ada kabar menyebutkan, sebelum pengumuman pencapresan dilakukan, sekitar 75 pengusaha besar China, datang ke Lenteng Agung untuk menekan Mbak Mega. Katanya, mereka sedia siapkan dana 2 triliun untuk pemenangan Jokowi.
Tapi tekanan ini bisa jadi lebih besar dari itu. Ia menyangkut hajat bisnis keluarga Megawati sendiri dan keselamatan posisi politiknya. Kami menduga, jaringan mafia pengusaha China itu menekan Mbak Mega minimal dalam dua poin: (a). Mereka akan melibas binis CPO/produksi minyak sawit yang selama ini deras menafkahi keluarga Megawati, sejak era Mega menjadi Presiden RI 2001-2004 lalu; (b). Mereka mengancam akan buka-bukaan soal data korupsi/pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Mega dan keluarga. Dengan tekanan begitu, tentu sangat sulit bagi Mega dan kawan-kawan untuk mendiamkan ajuan mafia China.
Oh ya, apa rahasia di balik pencapresan Jokowi ini? Masih ada rahasia lain yang lebih “menggiurkan”?
Sebenarnya, para mafia China juga tahu bahwa pencalonan Jokowi sangat berisiko. Risiko terbesar adalah mengundang amarah politik/sosial Umat Islam yang telah dikalahkan dalam Pilkada Jakarta sehingga terpilih Ahok sebagai wakil gubernur. Pencapresan Jokowi jelas akan menaikkan Ahok sebagai Gubernur DKI. Dan kita tahu sendiri, dalam kepemimpinannya Ahok lebih seperti orang stress daripada seorang Wakil Gubernur. Omongan dia lebih mirip ucapan preman Cilitan atau Kampung Rambutan, daripada seorang pejabat birokrasi.
Bagi kalangan mafia China, lebih suka damai-damai saja, ekonomi lancar, kehidupan normal, daripada situasi konflik sosial membara dimana-mana. Loyalitas mereka ke uang. Mereka cuma butuh “tempat aman dan waktu tenang” untuk cari uang. Kalau ada semboyan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”; di mata mafia China semboyan itu diubah jadi: “Dari duit, oleh duit, dan untuk duit.” Ini benar-benar nyata. Duit telah menjadi ILAH yang diibadahi dan diberikan loyalitas sempurna.
Mereka dengan sangat terpaksa memilih Jokowi karena mereka SANGAT KETAKUTAN kepada sosok Prabowo Subianto yang dalam Pilpres 2014 ini diperkirakan akan merajai arena. Konon, tak ada satu pun sosok lain, setelah SBY, yang bisa menandingi Prabowo. Para mafia China sangat takut dengan ide kemandirian, kedaulatan, kerakyatan yang diusung oleh Prabowo. Bagi mereka, membiayai kemenangan Jokowi meskipun harus mengeluarkan uang 10 triliun rupiah, tidak masalah. Asalkan jangan Prabowo yang menang.
Mereka tak peduli Jokowi tak punya prestasi, tak becus ngatur Jakarta, khianat pada kepercayaan rakyat, melanggar janji-janji, dan seterusnya. Mereka tak peduli semua itu. “Persetan dengan prestasi Jokowi!” Begitu kira-kira omongan mereka. Mereka semata-mata hanya TIDAK INGIN MELIHAT NEGARA INDONESIA DIPIMPIN OLEH PRABOWO. Sekalipun sebenarnya yang membawa Jokowi ke Jakarta adalah Prabowo sendiri. Maka itu uang miliaran-triliunan siap dihambur-hamburkan, untuk mengangkat pamor Jokowi dan hancurkan pamor Prabowo.
Mengapa mereka begitu phobia dengan Prabowo? Mengapa mereka tidak bisa menerima Prabowo, padahal tokoh itu sudah melakukan “operasi plastik politik” sangat ekstrem seperti para selebritis Korea?
Prabowo sudah melakukan segala-galanya untuk mengubah citra dirinya. Dari pro rakyat, jadi pro kapitalis. Dari anti China, jadi shohiban sama China. Dari dekat ke Islam, jadi membuat marah Umat Islam. Dari konsep kemandirian, jadi konsep “pasar bebas”. Dari kesan militeristik jadi pejuang demokrasi sejati. Dan seterusnya. Kalau ada yang belum berganti dari sosok Prabowo paling dua hal: agama dan jenis kelamin.
Lulunya Kambing
Lucunya Kambing
Nah, mengapa kaum mafia China masih belum percaya juga dengan semua “operasi plastik” Prabowo Subianto itu?
Ya alasannya kembali ke filosofi dasar hidup mereka. Kaum mafia China kan terkenal dengan slogan: “Dari duit, oleh duit, untuk duit.” Dalam konteks ini, mereka jadi sangat paranoid terhadap perubahan sistem pemerintahan yang akan berdampak pada perubahan income dan kekayaan mereka.
Di mata mafia China berlaku prinsip semacam ini: “Jangan pernah menunggu harimau akan berubah menjadi kambing. Lebih baik kamu perlakukan semua hewan sebagai harimau.” Ini adalah tingkat kewaspadaan tertinggi dalam penjagaan aset-aset kekayaan. Mereka tak mau ambil risiko dengan menerima kemungkinan perubahan ideologi atau pemikiran seseorang.
Hal yang sama juga berlaku bagi PKS. Meskipun Anis Matta sudah mendatangkan grup penyanyi gereja dari NTT untuk manggung di tengah perhelatan massa mereka di Senayan. Tetap saja, semua itu tak akan mengubah pendirian mafia China terhadap PKS. Sama sekali tak akan mengubah apapun. Dasarnya ya filosofi tadi: “Jangan pernah menunggu harimau akan berubah menjadi kambing…
Filosofi dasar kaum mafia China ini susah berubah, dengan cara apapun, karena ia merupakan kunci eksistensi mereka di perantauan. Hal itu sudah berlaku dalam lintasan sejarah selama ribuan tahun. Ini sudah clear dan sulit berubah. Ia sudah inheren dengan kebudayaan oriental. Kalau berubah, justru eksistensi jadi taruhan. Meminjam kata Nabi SAW: “Pena-pena sudah diangkat, lembaran-lembaran sudah ditutup.”
Tak mungkin “operasi kamuflase politik” akan mengelabui mereka. Jangan meremehkan sejarah mereka, ribuan tahun. Maka itu harusnya kalau berpolitik yang LURUS-LURUS saja. Satu muka, satu pendirian, satu integritas. Jangan suka mencla-mencle!
Demikian yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar